Sejarah telah mencatat dengan tinta emas, bagaimana
seorang pemuda bernama Muhammad ibnu ‘abdillah, memulai membangun
karakter pribadi, jauh sebelum dirinya membangun peradaban, dengan satu
karakter inti hinga dirinya diberi gelar oleh masyarakat di
lingkungannya Al Amin. Al Amin artinya orang yang paling jujur atau
terpercaya, adalah gelar istimewa yang diberikan penduduk Mekah karena
beliau berhasil menyelesaikan dengan ketulusan hati dan kecerdasan akal
terhadap perselisihan kaumnya ketika akan mengembalikan Hajar Aswad ke dinding Ka’bah.
Telah menjadi komitmen An Nahdloh, bahwa akhlak
mulia menjadi tujuan belajar yang ingin dicapai. Segenap potensi dan
usaha digerakkan secara optimal untuk mewujudkan tujuan tersebut,
sehingga setiap kegiatan belajar yang diselengarakan oleh An Nahdloh
mengarah pada penanaman, pengamalan dan pembiasaan akhlak mulia.
Kejujuran menjadi sifat dasar dari akhlak mulia
yang merupakan pelajaran penting tak terpisahkan dari keseluruhan
program belajar. Dari guru al Islam, semua murid memperoleh pemahaman
yang benar tentang konsep kejujuran, dari guru mata pelajaran lain
memperoleh pelatihan dan pembiasaan yang terus menerus, dan dari para
pimpinan mendapat contoh nyata yang dapat diteladani oleh anak-anak.
Sehingga secara utuh semua siswa mendapat pemahaman yang benar dan mampu
mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Mengajarkan kejujuran bukan pekerjaan parsial yang
hanya menjadi tanggung jawab satu fihak dan dikerjakan musiman, tetapi
menjadi tugas besar bagi seluruh komponen sekolah, dirancang secara
terstrktur dan dilaksanakan secara berkelanjutan. Dengan pemahaman yang
benar, contoh yang nyata dan pembiasaan yang terusmenerus akan mendukung
terwujudnya generasi yang kokoh memegang kejujuran.
Firman Allah ta’ala yang tertulis dalam surat Al
Ahzab ayat 24 (terjemahan) : “agar Allah memberikan balasan kepada
orang-orang yang benar (jujur) karena kebenarannya, dan mengazab
orang-orang munafik jika Dia kehendaki atau menerima taubat mereka.
Sungguh Allah Maha Pengampun dan lagi Maha Penyayang.” Menunjukkan
dengan jelas betapa kebenaran atau kejujuran merupakan perbuatan yang
dpuji Allah swt, sebaliknya tindakan dusta atau munafik mendapat azab
yang pedih. Bila Allah swt. dan Rasulullah saw. telah menyuruh manusia
untuk melakukan suatu perbuatan, maka tidak diragukan lagi bahwa mutlak kebenarannya dan pasti balasannya bagi yang mengerjakan atau meninggalkannya.
Memang membutuhkan perjuangan keras untuk berbuat
jujur, memerlukan kepercayaan diri yang besar dan keberanian yang kuat
agar kejujuran dapat ditegakkan. Kepercayaan diri mendorong munculnya
keyakinan bahwa apa yang dilakukan adalah benar, dan merupakan
sikap mental yang pokok bagi seorang mukmin manapun, agar keimanan yang
dimilikinya tidak hanya berhenti pada ucapan saja. Kuatnya rasa percaya
diri akan mendorong timbulnya efek keimanan menyebar ke
area yang luas dan masyarakat yang lebih banyak, sehingga manisnya iman
dapat dinikmati oleh banyak orang dimanapun adanya.
Sekolah yang bertanggungjawab secara konsisten terhadap penanaman sifat jujur dan orang tua yang peduli dengan sikap jujur pada anak-anaknya akan memberi kontribusi besar terhadap pembentukankarakter generasi masa depan, perubahan-perubahan besar peradaban bangsa akan
sumber : http://www.alhikmahsby.com/ind/?mod=news&id=411